"Ngruwat Bumi" Tradisi Yang Tetap lestari di Desa Pacet.
foto : Doa bersama Ruwat bumi Dukuh Pacet, Desa Pacet Tahun 2020 |
Desa Pacet, yah inilah desa kelahiranku .. Desa yang terletak di pegunungan didaerah kecamatan
Reban Kabupaten Batang Jawatengah ini merupakan desa yang dulu orang bilang desa tertinggal dengan kenikmatan tembakau yang sangat luar biasa rasanya. Kini sejak tahun 2018 sampai saat ini banyak orang mengenal desa pacet dengan cita rasa kopi Arabica yang nikmat tiada tara .
Hari ini Rabu 8 Juli 2020 , Desa Pacet tepatnya dukuh pacet sendiri mengadakan Acara
ruwat Bumi atau kata masyarakat desa kami yaitu Ngruwat Dimyang . Sedangkan
kebanyakan orang menyebutnya sedekah Bumi . Acara ini di lakukan setiap tahun tepatnya bulan Dzulhijah. Namun tak seperti tahun tahun
biasanya yang acaranya yaitu selamatan (syukuran ) setelahnya diadakan acara malam
pewayangan. Kali ini kami mengadakannya dengan sederhana tanpa adanya malam
pewayangan . Pertama karena memang pademi covid 19 masih belum dikatakan bisa
berkegiatan normal oleh pemerintah dan karena lumpuhnya ekonomi desa kami yang
notabenya masyarakat desa kami berpenghasilan petani kebun Teh dan Tembakau .
Yah memang pademi ini menyerang sektor ekonomi sampai kepelosok negeri, tak lupa terambah
pula di desa kami Desa Pacet ini. Namun syukur Alhamdulillah Desa kami aman
nyaman tentram dari virusnya sendiri.
Ngruwat Bumi, kata
yang tak asing bagi kami masyarakat desa pacet ini merupakan adat kami dalam
mencurahkan rasa syukur kami kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunianya
sehingga kami bisa hidup tentram , Aman dari segala bentuk Balak (bencana dan
marabahaya) dan sebagai rasa syukur atas panen kami disetiap tahunnya . Selain
Bentuk syukur kami, tak luput pula momentum ini kami jadikan sebagai bentuk
ritual. Ritual yang saya maksud bukanlah ritual seperti pemujaan terhadap Roh
leluhur namun ritual kami lebih ke Religius ritual , membaca Tahlil berjamaah
dan mengirimkan doa terhadap sesepuh yang kami sebut sebagai mbukbak desa atau
membuka lahan perdesaan dulu . Namun masih banyak masyarakat kami menganggap
ngruwat bumi ini sebagai sarana merawat Demyang. Dalam bahasa masyarakat kami
Demyang adalah ia yang memberikan perlindungan terhadap kami satu desa .
Demyang hanyalah sebutannya saja , kalau dijabarkan demyang – Eyang – sang maha
penyayang. Yang kami percayai tetaplah Tuhan Yang Maha Esa ( ALLAH SWT ) hanya
sebutannya saja dalam upacara adat ngruwat bumi ini adalah Demyang. Selain
bentuk Ngruwat Bumi, tak luput kami haturkam Do’a terhadap sesepuh yang dulu
membuka Perdesaan di Desa Pacet ini . Menurut sejarah di desa kami, dahulu ada
2 orang yang membuka awal perdesaan ini, adapula yang mengatakan itu dari trah
mataram entah itubenar atau tidaknya, ada pula yang mengatakan beliau itu kyai,
adapula yang mengatakan beliau itu sunan . Namun sampai kini belum ada bukti
bukti yang kongkrit terkait sejarah beliau beliau awal mulanya dari trah mana
dan bergelar apa . Yah beliau kami kenal dengan Simbah buyut Dewandaru dan
simbah buyut Mutu. Dua tokoh yang sangat melekat pada kami ketika ada kaa Ngruwat
Desa atau Ngruwat Bumi . Kata sebgaian oranh beliau merupakan tokoh yang
mencetusakan lereng pegunungan kamulyan ini sebagai pembukaan awal perdesaan
yang kini lebih banyak orang mengenal sebagai Desa penghasil Kopi Robusta
terbaik dan Tembakau Nikmatnya.
Laa ilaa ha’ ilallah..
laa ilaa ha’ilallah .. laa ilaa
ha’ilallah.. merdu lantunan tahlil dalam
prosesi Ngirim Dongan (mengirim do’a) menambah rasa khusyuk dalam prosesinya .
Ya memang sebagian besar masyarakat desa pacet berhaluan Ahlussunah Wal Jamaah itulah
alasan kenapa ritual ini kami sebut dengan Religius Ritual. Ingkung (daging
ayam yang tidak dicincang), berbagai makanan hasil bumi siap santap, dan satu
kuwali besar berisi gulai daging kambing menghiasi meja prasmanan sebagai
bentuk rasa syukur kami atas semu hasil bumi yang mencukupi ekonomi keluarga
masyarakat desa pacet siap disantap. Dengan Bacaan Al Fatihah kami menutup
tahlil berjamaah kemudian dilanjutkan makan jamuan yang ada di meja prasmanan
tersebut .
Meskipun demikian,
perasaan sedikit kecewa masih kami rasakan karena prosesi Ngruwat Desa tersebut
tidak berjalan seperti tahun tahun lalu yang diakhiri dengan malam pewayangan menceritakan
berbagai kisah pewayangan di Nusantara. Meskipun sedikit rasa kecewa
menyelimuti kami, kami tetap hikmad dalam prosesinya dan tetap bersyukur kami
selalu terlindung dari mara bahya dan yang kini sedang populer pandemi coVid 19
yang dinyatakan sebagai bencana internasiaonal.
Kata orang Kota Jogja itu
Istimewa , yah memang si jogja itu indah tetapi Desa Pacet adalah Rumah bagiku
untuk aku kembali memadu kasih dengan Alam pegunungan nan sejuk dan rindang ini
. Mau seperti apapun keadaanya tempat yang selalu saya rindukan ketika jauh
dari rumah adalah Desa tempat Kelahiran saya ini Desa pacet. Desa Wisata, Negri
kabut, Desa Tembakau, Desa teh , Desa kopi Arabica, Desa dengan banyak julukan yang
mempesona.
Penulis : Reka Puji Lesmono
0 Response to ""Ngruwat Bumi" Tradisi Yang Tetap lestari di Desa Pacet."
Posting Komentar